Sabtu, Mei 14, 2011

Mencerdasi Aceh Yang Bijak ( RESENSI )




Judul buku                   : Aceh Yang Cerdas Dan Berpihak Kepada Rakyat Kecil
Penulis                         : Yuli Zuardi Rais
Penerbit                       : CV.Tumbuh Dihati
ISBN                           : 978 – 979 – 17006 – 0 – 3

Matahari bersinar cerah ketika tragedi 11 september di MAPOLRES Aceh Selatan, targedi yang diawali disaat puluhan ribu Masyarakat Aceh Selatan menuntut penghentian masyarakat yang semena-mena, tidak kurang 11 orang tertembak dan lebih 600 orang terluka. Ditengah banyaknya korban, dan fasilitas dan pelayanan medis yang tidak memadai di Aceh Selatan, mendorong teman-teman aktivis Mahasiswa untuk membantu para korban dan membawanya ke Banda Aceh. Saat itulah mulai disadari bahwa kerja-kerja kemanusiaan adalah penting dalam perjuangan bagi masa depan Aceh, Aceh yang Demokratis dan keadilan bagi rakyat kecil. “Yuli Zuardi Rais”
thoen 2000 ramee plueng u gunoeng, bak akhe 2004 geumpa ngen tsunami teuka, thoen 2006 hana lee kiroeh, bak 2007 meugantoe raja, thoen 2008 karue keudroe-droe, peumimpin nanggroe tuwoe keujasa, nyang keunoeng beude dan nyang keunoeng gilhoe teutik bak sagoe soe hiroe hana, nyang gadoeh aneuk, nyang gadoeh lakoe, buboeng oen sigeu hana meupat mita, nyang ulee balang ngoen peutuwa sagoe, peu reman-reman droe na moto kijang inova, sayang that ureung lon kalon jinoe, udep keu siuroe-uroe hansep keusira” M. Nasir Jamil
BAB 1             PILKADA
Tetapi awas! Keterbukaan ruang demokrasi dan harapan akan perbaikan kesejahteraan hanya akan menjadi mimpi buruk, jika pada masa transisi ini tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh seluruh rakyat Aceh .
Pesona pesta demokrasi langsung yang pertama di Aceh ini tidak boleh menjadikan kita lupa pada agenda perubahan yang dinginkan masyarakat lapis bawah.
“apakah kita hanya berharap hujan turun mengairi sawah-sawah petani di desa, barulah kita turun menanam padi”
Pilkada bukanlah arena kontes pemilihan bintang idola para elit politik, yang mengandalkan promosi sambil mengelola perasaan pemilih sehingga hati pemilih pun tergugah.
Proses pemilu dan pilkada mau tidak mau harus tunduk pada metode kerja pasar.
BAB II                        Kaum Tani Aceh
Sejarah petani Aceh belum sepenuhnya terintegrasi dengan persoalan umum pertanian nasional, karena terinterupsi oleh konflik bersenjata selama 3 dekade terakhir.
Akibat Revolusi hijau sangat terasa, diantaranya melemahnya struktur keujruen blang, hilangnya kebijakan kolektif petani dan punahnya bibit-bibit organik.
Organisasi petani bukanlah institusi formal yang dibentuk berdasarkan keperluaan sesaat yang berakhir dengan papan nama besar tetapi tidak memiliki aktifitas yang jelas bagi kaum tani.
BAB III          Perempuan
Seiring perkembangan kapitalisme yang menjadi sistem ekonomi dominan dunia, posisi perempuan ikut terpinggirkan diruang publik, kegiatan ekonomi, politik dan kebudayaan.
Pendidikan akan membari alat proteksi yang selalu efektif bagi mereka ( Brubacher, 1962;139 )
Ruang demokrasi yang terbuka serta lahirnya pemimpin baru Aceh secara demokratis melalui jalur independent telah membuktikan, bahwa segala impian bagi perubahan itu penting, kini saatnya perempuan Aceh berpolitik.
BAB IV          Pemuda dan Mahasiswa
“jangan engkau biarkan Aceh kesepian, apa engkau kehilangan pena untuk menulis sejarahmu, mereka yang terhina, miskin, yang hidup tertinggal dipedalaman, semua menunggumu, kami perlu tenaga dan fikiranmu, wahai orang muda..."
Kegelisahan akan suramnya masa depan bukanlah masalah sederhana yang dapat diselesaikan dengan cepat atau dengan nasehat-nasehat semata, apalagi sekedar caci maki.
Mencar ilmu! Itulah jawaban klise yang sering menghiasi bibir mahasiswa baru ketika ditanya apa tujuan kamu kuliah, bahka dengan berani mengatakan “ igin menjadi orang yang berguna bagi nusa-bangsa dan agama”
BAB V            Neoliberalisma Perang dan Kekuasaan
saya tidak tertarik pada jalan keluar diplomatik, supaya libanon dan israel tidak kembali pada situasi yang lama, ini merupakan suatu kesalahan, yang kami lihat disini adalah terbentuknya Timur Tengah yang baru, kami harus yakin bahwa kami bergerak menuju timur tengah yangbaru dan kembali ke timur tengah yang lama” Condolezza rice .Mantan MENLU AS.
Kecanduan sebagian besar rezim Pemerintahan Negara-negara dunia ketiga dalam “pelukan” neoliberalisme, telah menghilangkan wibawa sebagai negara berdaulat, cendrung di dikte oleh kepentingan ekonomi politik pasar.
Penutup
Mahalnya pendidikan yang hanya mampu dijangkau oleh sebagian kecil masyarakat, membuat semangat pendidikan untuk memajukan dan mencerdaskan bangsa dan rakyatnya menjadi tidak berarti kepedulian atas kondisi ini juga semakin menipis. Mulai dari dinas pendidikan, kepala sekolah, guru, murid serta masyarakat, seakan tunduk pada pola pasar pendidikan yang ditujukan hanya sebagai sarana untuk memperbaiki penghasilan masa depan. Tidak ada yang mau melakukan fungsi kontrol dan berani bertanya dan menuntut “ tanggung jawab Negara untuk memajukan pendidikan seluruh rakyat” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar