Sabtu, Februari 19, 2011

Menghasilkan Tulisan yang Memikat


Ayi Jufridar – Penulis novel/Jurnalis

KEGIATAN tulis-menulis tak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. bukan hanya bagi mereka yang berprofesi sebagai wartawan yang membutuhkan keterampilan menulis, tetapi semua profesi membutuhkan keterampilan menulis dalam derajat yang berbeda. Pelajar membutuhkan keterampilan menulis, mahasiswa apalagi ketika menyelesaikan skripsinya. Berapa banyak mahasiswa yang gagal menyelesaikan kuliah hanya karena tak mampu menyelesaikan skripsi.
Zaman sekarang, profesi penulis semakin diminati. Bahkan, profesi penulis sudah disetarakan dengan selebritis. Kekayaan penulis pun semakin melimpah jika berhasil menulis buku-buku bestseller. Penulis Harry Porter, JK Rowling, bisa menjadi orang kaya nomor dua di Inggris setelah Ratu Elizabeth II. Di dalam negeri, ada Andrea Hirata yang menjadi miliader setelah menulis buku Laskar Pelangi. Prestasi sama juga ditorehkan penulis Ayat-ayat Cinta, Habiburrahman El Shirazy. Ada sederet penulis lainnya yang hidup dengan sangat layak dari tulis-menulis.
Dengan kenyataan itu, jangan ragu-ragu menetapkan profesi sebagai penulis. Bahkan kalau kemudian menjadi PNS, jadi dokter, jadi tentara, polisi, atau jadi ibu rumah tangga sekali pun, tetap bisa menjadi penulis. Selalu ada kesempatan menulis kalau memang punya kemauan yang kuat.

Di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Di mana tidak ada kemauan, di situ banyak alasan

Naah, sekarang bagaimana memulai tulisan?
Biasanya, penulis pemula menghadapi kendala dalam memulai. Kendala ini muncul karena beban harus menulis bagus. Memang kalimat pembuka sangat menentukan minat pembaca untuk melanjutkan bacaaannya. Biasanya, untuk novel 15 halaman pertama sangat menentukan. Namun, kalau baru belajar jangan membebankan pikiran dengan kalimat-kalimat rumit. Mulailah seperti bercerita secara lisan kepada teman. Pindahkanlah kisah lisan itu dalam bentuk tulisan.

Tahapan menulis
Masing-masing penulis mempunyai cara berbeda dalam memulai tulisan. Tidak ada cara yang cocok bagi semua penulis. Mereka berkembang sesuai dengan cara dan gaya masing-masing.
Namun, umumnya melewati tahapan penulisan sebagai berikut:
1.      Mengumpulkan materi/ide/riset
Untuk tulisan yang panjang dan ‘serius’, biasanya membutuhkan riset baik di pustaka (library research), lapangan (field research), maupun wawancara dengan sumber terkait. Namun, untuk tulisan pendek seperti cerpen remaja, pengalaman pribadi saya sendiri sebagian besar tanpa riset. Bahkan kadang tanpa ide pun, saya langsung menulis cerpen. Idenya dapat dalam proses penulisan.

Dari mana ide didapat?

Pengalaman pribadi saya, ide saya peroleh dari cerita teman, menulis diary, menonton film, pengalaman pribadi, lingkungan, dll. Siapkan batin kamu untuk mendapatkan ide yang bersiliweran di sekitar kita.

2.     Membuat outline
Outline atau kerangka biasanya dibutuhkan untuk penulisan buku atau novel. Kerangka dibutuhkan agar kita tidak kehabisan bahan saat menulis. Selain itu, juga untuk mempertahakan ruh-nya tulisan. Kadang kita sudah habis-habisan pada bab pertama, tapi bingung menulis apa pada bab berikutnya.

Namun, untuk menulis cerpen atau berita tidak perlu outline. Menulis berita hanya menentukan angle (sudut pandang) saja.

3.     Menulis
Setelah ada bahan dan outline, tugas selanjutnya adalah menulis. Ibarat orang memasak, ide/materi adalah bahan masakan, outline adalah langkah memasaknya. Menulis adalah memasak itu sendiri. Bahan yang segar dan bergizi, kalau tidak dimasak menjadi makanan, ya, tidak bisa disantap. Sebaliknya, bahan yang layu, kendati pinter memasaknya, akan terasa hambar. Jadi, keterampilan yang berpadu dengan bahan yang segar, akan menghasilkan tulisan yang bergizi yang akan membuat badan dan jiwa menjadi sehat. 

4.     Mengedit
Tapi jangan pesimis kalau belum bisa menghasilkan tulisan yang bergizi, yang memikat. Masih ada tahapan terakhir untuk mengeditnya. Tulisan yang diendapkan setelah menulis, saat direvisi kadang menjadi sebuah tulisan yang sangat menarik. Masalahnya, wawasan, mood, pengalaman, dan pikiran kita berbeda setelah menghasilkan sebuah tulisan.  

Tulisan yang menghipnosis
John Vitale dalam bukunya Hypnotic Writing, How to  Seduce and Persuade Customers with Only Your Words (Penerbit John Wiley &  Sons, Inc, Hoboken, New Jersey, 2007), memaparkan cara-cara menghasilkan tulisan yang menghinosis pembaca saking memikatnya. Mungkin seperti membaca Harry Porter yang membua pembaca seakan berada di dunia penuh daya sihir. 
Lima langkah ke arah Hypnotic Writing:
  1. Niat: Arahkan pikiran kamu
Niat berarti menetapkan tujuan atau hasil yang diharapkan dari tulisan tersebut. Buatlah serinci mungkin.
  1. Riset: Isi pikiran kamu
Riset berarti sebelum menulis, kamu harus mempelajari dan memahami betul apa yang akan kamu tulis.
  1. Kreasi: Curahkan pikiran kamu
Kreasi berarti produksi atau menghasilkan suatu produk (tulisan). John Vitale selalu menulis sebuah naskah secara cepat. Tetapi ingat, naskah itu baru draft pertama, bukan hasil final. Setelah menulis draft pertama itu, baru ia membaca ulang dan berusaha menyempurnakannya.
  1. Tulis Ulang: Pertajam pikiran kamu
Tulisan (draft) pertama, itu seumpama intan yang belum diasah. Jika dipaksakan untuk dijual, harganya masih murah. Untuk membuatnya menjadi bernilai tinggi, kamu  harus mengasahnya, merevisinya, menyempurnakannya.

  1. Menguji (testing): Latih Pikiran kamu.
Menguji berarti mengakui bahwa kamu belum cukup cerdas untuk mengetahui semua keinginan orang lain. Kamu tak bisa menebak-nebak. Jadi, buatlah tulisan terbaik, kemudian revisi, perbaiki dan sempurnakan. Lalu, serahkan pada pasar.


Musuh dalam menulis:
1.      Kebosanan
2.     Godaan
3.     Kehilangan semangat
4.     Tak konsisten

Pesan terakhir:

Syarat untuk menjadi penulis adalah membaca terus, menulis terus. Itu saja!


Email: ayi.jufridar@gmail.com. Facebook: Ayi Jufridar. YM: ayi_jufridar. Kontak: 0811-67-2648



Tidak ada komentar:

Posting Komentar