Jumat, April 22, 2011

Nasib Anak Bangsa


Tetesan keringat mengalir dari pori-pori wajah bak mata air yang terus membasahi bumi, debu dan asap knalpot kendaraan bermotor seakan menjadi oksigen untuk bernafas, sebuah kursi spon tipis dan beroda serta sebuah kotak kecil berwarna hitam menjadi teman hidup yang setia menemani kapanpun dan dimanapun, aspal panas mengkilau ibarat karpet merah untuk dilalui, itulah gambaran nasib seorang anak bangsa yang berjuang dengan penuh keterbatasan untuk menafkahi diri dengan sesuap nasi. Seorang anak kecil yang cacat harus menempuh hidup diatas dua roda yang menjadi kaki barunya, seorang bocah kecil yang seharusnya berada di tempat tempat terdidik kini harus bersandar di bawah lampu merah perempatan kota. Sungguh ironis ketika undang2 yang menjadi acuan dalam negara ini mengatakan” anak2 terlantar dan fakir miskin dipelihara oleh negara” apakah ini acuan yang menjadi kebanggaan pembesar bangsa ini, yang dengan membusungkan dada mengatakan tanpa menjalankan apa yang tertera dalam UUD 1945.Masih ada nuranikah bangsa ini sehingga  masih banyak anak-anak  seperti bocah tersebut hidup bergantung dari ongahan tangan di setiap perempatan jalan, bocah cacat ini menjadi satu  gambaran dari jutaan anak bangsa yang memilik nasib yang lebih tragis, disaat aktor2 berdasi ramai2 berdebat demi memudahkan kekuasaan, banyak anak2 bangsa berebut sebungkus nasi untuk bertahan hidup hingga rela berhimpitan bahkan terinjak-injak, dimana hati para petinggi bangsa..bangsa yang dibangun oleh pendekar-pendekar suci untuk mesejahtrakan anak bangsa kini telah dinodai oleh oknum-oknum yang berlidah burung, berparas musang, bersikap layaknya kucing hias, namun bersikap ibarat anjing yang berebut tulang. Sangat menyedihkan ketika bangsa  yang dibagun diatas darah keberanian harus dikhianati oleh pelacur-pelacur yang haus akan kekuasaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar